Kamis, 08 Maret 2012

Jenis Pembersih Wajah


Beberapa jenis pembersih banyak dikembangkan untuk berbagai jenis kulit. Sebagai contoh adalah cream pembersih yang biasanya dipakai saat membersihkan bekas make-up atau residu padat untuk kulit kering.  Hal yang paling penting dalam memformulasikan sediaan pembersih wajah adalah sediaan tersebut harus mampu menghilangkan minyak dan sekresi lipid secara alami dari kelenjar sebaseus di kulit, namun pada waktu yang besamaan juga tidak menghilangkan kandungan lipid pada lapisan kulit seperti cerebroside dan ceramide yang mempunyai peranan penting dalam mencegah hilangnya air dari kulit.
Pemilihan surfaktan yang tepat dalam memformulasikan pembersih menjadi titik kritis dalam menghasilkan produk pembersih yang baik, berikut 4 jenis surfaktan dan pemanfaatanya:
·        Surfaktan anionik : Sabun merupakan kategori penting  pada kelas ini, dan sering digunakan untuk kulit berminyak karena kemampuannya menghilangkan minyak.
·    Surfaktan kationik : Memiliki sifat menarik seperti mampu berikatan dengan permukaan kulit  yang bermuatan negatif
·        Surfaktan non-ionik
·     Surfaktan ampifilik : Memiliki sifat aktif-tegangan  yang menjadikannya surfaktan paling ringan untuk sediaan pembersih

Sebagaimana diketahui, kulit memiliki pH sedikit asam, yaitu sekitar 5,3. Oleh karena itu penggunaan sabun/surfktan anionik yang memiliki pH tinggi pada konsentrasi yang tinggi dapat mempengaruhi pH kuit. Pengukuran di The Estee Lauder Laboratories menunjukkan bahwa membersihkan kulit dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit sampai 2 unit yang menjadi korelasi berarti pada pengerasan permukaan kulit. Oleh karena itu harus dihindari pembersih yang dapat menginduksi kekencangan dan kekerasan kulit, dimana direkomendasikan digunakan detergen dengan pH mendekati pH kulit  (umumnya surfaktan non-ionik) dan mudah dibersihkan dari kulit.

Pembersih untuk kulit kering
Pembersih yang baik untuk kulit kering adalah krim pembersih yang dapat disebarkan pada permukaan kulit dan kemudian dibersihkan dengan tissue. Produk-produk ini umumnya menggunakan bahan yang memiliki efek pelarut untuk melarutkan make-up dan kotoran di kulit seperti minyak mineral. Katagori pembersih yang terkenal adalah Cold cream yang dibuat dari wax alam dan minyak mineral dan borax sebagai emulsifier.
Produk modern menggunakan emulsifier non-ionik seperti Sorbitan fatty acid ester, yang memberi hasil produk lebih  terang. Kelebihan  pembersih ini adalah dia kurang menghilangkan lipid esensial kulit seperti ceramide dan cerebrocide. Untuk alasan ini, ia menjadi pilihan bagi kulit kering yang umunya memiliki kandungan lipid yang kurang pada stratum korneum. Pengkombinasian dengan agen refatting seperti asam lemak dan ester wax menyediakan metoda lembut untuk pembersihan kulit kering dan sensitive. Sebagaimana diketahui, lapisan kuit juga dapat mencegah penetrasi molekul yang dapat menginduksi iritasi atau sensitisasi reaksi. Oleh karena itu, hilangnya beberapa lapisan kulit karena penggunaan pembersih yang salah dapat menurunkan kemampuan kulit dalam mencegah penetrasi molekul. Sebagai contoh adalah penggunaan pembersih yang mengandung surfaktan anionik kuat tanpa agen refatting tidak hanya menyebabkan kulit menjadi kering tapi juga meningkatkan penetrasi semua bahan yang diaplikasikan pada permukaan kulit sehingga meningkatkan secara signifikan potensi iritasi, terutama untuk bahan yang awalnya hanya untuk digunakan pada permukaan kulit.

Pembersih untuk kulit campuran
Pembersih untuk kulit mendekati normal umumnya dibuat dalam bentuk emulsi. Contohnya adalah emulsi yang dibuat mengandung wax dan minyak yang rendah dengan kandungan surfaktan yang cukup tinggi. Produk ini umumnya berbahan dasar emulsifier triethanolamine stearate atau Sorbitan fatty acid ester yang mudah dibersihkan dari kulit dan memberikan sensasi bersih. Terkadang juga ditambahkan detergen ringan seperti sodium cetyl sulfate untuk meningkatkan pembersihan terhadap garam kalsium yang dapat terdeposit pada permukaan kulit jika pembersih dibersihkan hanya dengan sedikit air.
Penting untuk diingat bahwa kulit berminyak juga dapat menjadi kering. Hal ini ditemukan pada individu kulit campuran dimana adanya minyak pada daerah T (dahi dan hidung) namun kering pada daerah pipi dan dagu. Pada kasus ini dapat memilih pembersih berupa emulsi o/w untuk membersihkan minyak di daerah T secara efisien, dan pada saat bersamaan ditambahkan lipid untuk daerah kering pada wajah. Pada beberapa kasus, tingkat sebum yang tinggi dan kulit kering dapat terjadi pada area yang sama. Pembersih untuk kulit campuran diformulasikan khusus, dimana detergen dibutuhkan untuk menghilangkan sebum pada permukaan kulit dan dapat menginduksi kekeringan kulit dengan juga hilangnya lipid pada lapisan kulit.

Pembersih untuk kulit berminyak
Pembersih untuk kulit berminyak umumnya berupa larutan sederhana yang mengandung surfaktan, tanpa minyak, wax, atau agen refatting yang dapat menyebabkan agregasi minyak. Kulit berminyak umumnya dimiliki oleh individu muda dan dapat menyebabkan munculnya jerawat. Sama seperti sebelumnya, pembersih harus dapat membersihkan minyak yang banyak namun juga harus menjaga integritu lapisan kulit dari kehilang ceramide dan cerebroside.
Formulasi pembersih untuk kulit berminyak didasarkan pada pencampuran berbagai surfaktan, umumnya detrgen kationik dan non-ionik. Detergen yang dikenal baik dan ringan adalah Sodium cocoyl methyl taurat, Sodium cocoyl sarcosinat, decyl polyglucose. Untuk membatasi tingkat mengkilat dan berminyak yang biasanya terjadi 3 jam setelah membersihkan kulit biasanya ditambahkan bahan penyerap minyak seperti serbuk bentone atau nylon, namun penggunaan ini kurang efektif karena umumnya absorben akan hilang ketika kulit dibersihkan.
Bahan Polycuartenium seperti Caraphyl 60 memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tegangan superficial dari permukaan kulit, menjadikan kulit lebih lipofobic. Sehingga penyebaran sebum melewati permukaan kulit dapat dikurangi dan kerutan kulit serta efek mengkilat dapat diikurangi. Pengurangan efek mengkilat ini disebabkan dari pengurangan distribusi sebumnya, tapi tidak merubah pengeluarannya dari kelenjar sebaseus. Kombinasi teknologi penyerap sebum dan pengontrol penyebaran sebum cukup efektif dalam mengurangi tampilan mengkilat pada kulit.
Jumlah sebum yang tinggi pada permukaan kulit dapat menyebabkan perkembangan lesi acne, yang disebabkan adanya bakteri anaerob yang disebut Propionium acne pada folikel dengan minyak yang tinggi. Bakteri ini mengeluarkan enzim spesifik yang disebut lipase yang dapat menghidrolisis trigliserida sebum menjadi asam lemak bebas yang dapat mengiritasi dan menginisiasi reaksi inflamasi pada folikel infundibulum, sehingga terjadi perkembangan lesi acne. Karena alasan ini, pembersih untuk kulit berminyak juga ditambahkan komponen antibakteria seperti Hexamidine diisothionat atau Irgasan DP200, yang dapat menurunkan secara signifikan jumlah bakteri pada permukaan kulit. Namun demikian produk ini tidak dapat menghilangkan seluruhnya acne yang ada, ia hanya dapat mengurangi lesi yang uncul. Perlu formulasi khusus untuk menghilangkan acne yang ada seperti cream atau losion yang mengandung agen keratolitic seperti asam salisilat atau antibakteri seperti benzoyl peroxide yang dapat memberi efek terapi yang cukup cepat dalam menurunkan lesi pada kulit.

(Textbook of Cosmetic Dermatology 3th, 2005)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar