Beberapa
jenis pembersih banyak dikembangkan untuk berbagai jenis kulit. Sebagai contoh
adalah cream pembersih yang biasanya dipakai saat membersihkan bekas make-up
atau residu padat untuk kulit kering.
Hal yang paling penting dalam memformulasikan sediaan pembersih wajah
adalah sediaan tersebut harus mampu menghilangkan minyak dan sekresi lipid
secara alami dari kelenjar sebaseus di kulit, namun pada waktu yang besamaan
juga tidak menghilangkan kandungan lipid pada lapisan kulit seperti cerebroside
dan ceramide yang mempunyai peranan penting dalam mencegah hilangnya air dari
kulit.
Pemilihan
surfaktan yang tepat dalam memformulasikan pembersih menjadi titik kritis dalam
menghasilkan produk pembersih yang baik, berikut 4 jenis surfaktan dan
pemanfaatanya:
· Surfaktan anionik : Sabun merupakan kategori
penting pada kelas ini, dan sering
digunakan untuk kulit berminyak karena kemampuannya menghilangkan minyak.
· Surfaktan kationik : Memiliki sifat
menarik seperti mampu berikatan dengan permukaan kulit yang bermuatan negatif
· Surfaktan non-ionik
· Surfaktan ampifilik : Memiliki sifat
aktif-tegangan yang menjadikannya
surfaktan paling ringan untuk sediaan pembersih
Sebagaimana
diketahui, kulit memiliki pH sedikit asam, yaitu sekitar 5,3. Oleh karena itu
penggunaan sabun/surfktan anionik yang memiliki pH tinggi pada konsentrasi yang
tinggi dapat mempengaruhi pH kuit. Pengukuran di The Estee Lauder Laboratories
menunjukkan bahwa membersihkan kulit dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit
sampai 2 unit yang menjadi korelasi berarti pada pengerasan permukaan kulit.
Oleh karena itu harus dihindari pembersih yang dapat menginduksi kekencangan
dan kekerasan kulit, dimana direkomendasikan digunakan detergen dengan pH
mendekati pH kulit (umumnya surfaktan non-ionik)
dan mudah dibersihkan dari kulit.
Pembersih untuk kulit
kering
Pembersih
yang baik untuk kulit kering adalah krim pembersih yang dapat
disebarkan pada permukaan kulit dan kemudian dibersihkan dengan tissue.
Produk-produk ini umumnya menggunakan bahan yang memiliki efek pelarut untuk
melarutkan make-up dan kotoran di kulit seperti minyak mineral. Katagori
pembersih yang terkenal adalah Cold cream yang dibuat dari wax alam dan minyak
mineral dan borax sebagai emulsifier.
Produk
modern menggunakan emulsifier non-ionik seperti Sorbitan fatty acid ester, yang
memberi hasil produk lebih terang.
Kelebihan pembersih ini adalah dia
kurang menghilangkan lipid esensial kulit seperti ceramide dan cerebrocide.
Untuk alasan ini, ia menjadi pilihan bagi kulit kering yang umunya memiliki
kandungan lipid yang kurang pada stratum korneum. Pengkombinasian dengan agen refatting
seperti asam lemak dan ester wax menyediakan metoda lembut untuk pembersihan
kulit kering dan sensitive. Sebagaimana diketahui, lapisan kuit juga dapat
mencegah penetrasi molekul yang dapat menginduksi iritasi atau sensitisasi
reaksi. Oleh karena itu, hilangnya beberapa lapisan kulit karena penggunaan
pembersih yang salah dapat menurunkan kemampuan kulit dalam mencegah penetrasi
molekul. Sebagai contoh adalah penggunaan pembersih yang mengandung surfaktan
anionik kuat tanpa agen refatting tidak hanya menyebabkan kulit menjadi kering
tapi juga meningkatkan penetrasi semua bahan yang diaplikasikan pada permukaan
kulit sehingga meningkatkan secara signifikan potensi iritasi, terutama untuk
bahan yang awalnya hanya untuk digunakan pada permukaan kulit.
Pembersih untuk kulit
campuran
Pembersih
untuk kulit mendekati normal umumnya dibuat dalam bentuk emulsi. Contohnya
adalah emulsi yang dibuat mengandung wax dan minyak yang rendah dengan
kandungan surfaktan yang cukup tinggi. Produk ini umumnya berbahan dasar
emulsifier triethanolamine stearate atau Sorbitan fatty acid ester yang mudah
dibersihkan dari kulit dan memberikan sensasi bersih. Terkadang juga
ditambahkan detergen ringan seperti sodium cetyl sulfate untuk meningkatkan
pembersihan terhadap garam kalsium yang dapat terdeposit pada permukaan kulit
jika pembersih dibersihkan hanya dengan sedikit air.
Penting
untuk diingat bahwa kulit berminyak juga dapat menjadi kering. Hal ini
ditemukan pada individu kulit campuran dimana adanya minyak pada daerah T (dahi
dan hidung) namun kering pada daerah pipi dan dagu. Pada kasus ini dapat
memilih pembersih berupa emulsi o/w untuk membersihkan minyak di daerah T
secara efisien, dan pada saat bersamaan ditambahkan lipid untuk daerah kering
pada wajah. Pada beberapa kasus, tingkat sebum yang tinggi dan kulit kering
dapat terjadi pada area yang sama. Pembersih untuk kulit campuran
diformulasikan khusus, dimana detergen dibutuhkan untuk menghilangkan sebum
pada permukaan kulit dan dapat menginduksi kekeringan kulit dengan juga
hilangnya lipid pada lapisan kulit.
Pembersih untuk kulit
berminyak
Pembersih
untuk kulit berminyak umumnya berupa larutan sederhana yang mengandung
surfaktan, tanpa minyak, wax, atau agen refatting yang dapat menyebabkan
agregasi minyak. Kulit berminyak umumnya dimiliki oleh individu muda dan dapat
menyebabkan munculnya jerawat. Sama seperti sebelumnya, pembersih harus dapat
membersihkan minyak yang banyak namun juga harus menjaga integritu lapisan
kulit dari kehilang ceramide dan cerebroside.
Formulasi
pembersih untuk kulit berminyak didasarkan pada pencampuran berbagai surfaktan,
umumnya detrgen kationik dan non-ionik. Detergen yang dikenal baik dan ringan
adalah Sodium cocoyl methyl taurat, Sodium cocoyl sarcosinat, decyl
polyglucose. Untuk membatasi tingkat mengkilat dan berminyak yang biasanya
terjadi 3 jam setelah membersihkan kulit biasanya ditambahkan bahan penyerap
minyak seperti serbuk bentone atau nylon, namun penggunaan ini kurang efektif
karena umumnya absorben akan hilang ketika kulit dibersihkan.
Bahan
Polycuartenium seperti Caraphyl 60 memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
tegangan superficial dari permukaan kulit, menjadikan kulit lebih lipofobic.
Sehingga penyebaran sebum melewati permukaan kulit dapat dikurangi dan kerutan
kulit serta efek mengkilat dapat diikurangi. Pengurangan efek mengkilat ini
disebabkan dari pengurangan distribusi sebumnya, tapi tidak merubah
pengeluarannya dari kelenjar sebaseus. Kombinasi teknologi penyerap sebum dan
pengontrol penyebaran sebum cukup efektif dalam mengurangi tampilan mengkilat
pada kulit.
Jumlah
sebum yang tinggi pada permukaan kulit dapat menyebabkan perkembangan lesi
acne, yang disebabkan adanya bakteri anaerob yang disebut Propionium acne pada folikel dengan minyak yang tinggi. Bakteri ini
mengeluarkan enzim spesifik yang disebut lipase yang dapat menghidrolisis
trigliserida sebum menjadi asam lemak bebas yang dapat mengiritasi dan
menginisiasi reaksi inflamasi pada folikel infundibulum, sehingga terjadi
perkembangan lesi acne. Karena alasan ini, pembersih untuk kulit berminyak juga
ditambahkan komponen antibakteria seperti Hexamidine diisothionat atau Irgasan
DP200, yang dapat menurunkan secara signifikan jumlah bakteri pada permukaan
kulit. Namun demikian produk ini tidak dapat menghilangkan seluruhnya acne yang
ada, ia hanya dapat mengurangi lesi yang uncul. Perlu formulasi khusus untuk
menghilangkan acne yang ada seperti cream atau losion yang mengandung agen
keratolitic seperti asam salisilat atau antibakteri seperti benzoyl peroxide
yang dapat memberi efek terapi yang cukup cepat dalam menurunkan lesi pada
kulit.
(Textbook of Cosmetic Dermatology 3th, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar