Hiperglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar
glukosa dalam darah lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Hiperglikemia mengindikasikan penyakit
diabetes mellitus, yang disebabkan tubuh tidak dapat menghasilkan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin merupakan hormon yang dilepas oleh
sel β pankreas jika konsentrasi glukosa melebihi kadar normalnya (70-110
mg/dL). Sekresi hormon ini distimulasi pula oleh peningkatan beberapa asam
amino, termasuk arginin dan leusin. Penggunaan insulin berdampak pada
metabolisme selular dimulai ketika insulin berikatan dengan reseptor protein
pada membran sel. Ikatan ini menyebabkan aktivasi reseptor, yang akan mengikat
gugus fosfat pada enzim intraselular. Fosforilasi enzim akan menghasilkan efek
primer dan sekunder pada sel. Efek insulin pada sel target antara lain:
- Peningkatan
uptake glukosa pada seluruh sel target akibat peningkatan protein yang mentransport
glukosa pada membran sel. Protein ini mentransport glukosa ke dalam sel melalui
difusi terfasilitasi.
- Peningkatan
penggunaan glukosa dan peningkatan produksi ATP akibat penggunaan glukosa yang
sebanding dengan tersedianya glukosa serta aktivasi enzim oleh second messenger yang menginisiasi
glikolisis.
- Stimulasi
pembentukan glikogen pada otot skelet dan sel hari jika terjadi peningkatan
glukosa yang memasuki sel.
-
Stimulasi
absorpsi asam amino dan sintesis protein.
-
Stimulasi
pembentukan trigliserida pada jaringan adiposa.
Diabetes melitus merupakan penyakit akibat adanya
peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) melebihi normal
disebabkan oleh kekurangan sekresi insulin baik absolut maupun relatif. Pada
keadaan puasa, seseorang dikatakan mengalami diabetes melitus jika kadar glukosa darahnya melebih 126 mg/dL. Saat
kadar glukosa dalam darah berada di atas 110 mg/dL, terjadi resistensi insulin
dan IGT (Impaired Glucose Tolerance).
Resistensi insulin diakibatkan oleh banyaknya glukosa melebihi normal sedangkan
jumlah reseptor insulin tetap. Selain itu, reseptor insulin dapat juga tertutup
oleh lemak/cadangan makanan yang diubah. Resistensi terhadap hormon leptin yang
memicu pembakaran melalui pemecahan cadangan lemak dapat terjadi.
Diabetes melitus (DM)
diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu:
- DM
tipe 1 disebabkan oleh kekurangan hormon insulin absolut. Gangguan autoimun sel
β pulau langerhan di pankreas dapat memicu DM tipe 1. Autoimun ini dapat dipicu
oleh infeksi virus mumps, Rubella cytomegalo virus kronik, dan
obat atau racun seperti nitrosamin yang terdapat dalam daging yang diawetkan.
Akibat kekurangan insulin, hati akan memulai proses glukoneogenesis dengan
menggunakan asam amino, asam lemak, dan glikogen sebagai supply energi. Produksi berlebihan energi dari asam lemak akan
meningkatkan kadar badan keton di darah sehingga pH darah dapat turun (menjadi
asam). Hal ini menyebabkan diabetes ketoasidosis.
- DM
tipe 2 disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas terhadap insulin dan/atau
menurunnya sekresi insulin. Penyebab utama DM tipe 2 adalah obesitas. Selain
itu, dapat juga terjadi regulasi menurun (stimulasi reseptor yang diperpanjang
sehingga menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin yang berada di dalam
tubuh). Resistensi insulin dapat juga diakibatkan oleh hiperglikemia
(glukotoksisitas) yang mempengaruhi penyimpanan glukosa. Kerusakan genetik pada
sel beta pankreas tidak memungkinkan individu usia muda dan kurus untuk
memproduksi insulin (MODY/Maturity Onset
Diabetes of the Young).
- DM
tipe 3 meliputi trauma pankreatik, neoplasma, dan penyakit yang berhubungan
dengan gangguan endokrin seperti Cushing’s
disease (kesalahan pada hormon glukokortikoid akibat malfungsi pada kelenjar
anterior pituitari). Selain itu, dapat juga dipicu oleh penggunaan obat seperti
asam nikotinat, pentamidin, dan beta-adrenergic.
- DM
tipe 4 dapat terjadi pada wanita non-diabetes selama kehamilan. Penyebabnya
adalah kebutuhan energi yang meningkat selama kehamilan dan level hormon
estrogen serta hormon pertumbuhan yang tinggi. Hormon pertumbuhan dan hormon
estrogen akan menstimulasi pelepasan insulin. Kelebihan insulin dapat
menyebabkan resistensi insulin.
Simptom hiperglikemia menginduksi tiga gejala lainnya, yaitu:
-
poliuria
-
penurunan
berat badan, seringkali hanya pada DM tipe 1
Komplikasi yang dapat terjadi akibat diabetes mellitus
antara lain:
-
gangguan
pada ginjal
hingga berakibat pada gagal ginjal
- gangguan
kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat
diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron
- gangguan
pada sistem saraf
hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi,
charcot joint dan disfungsi seksual
-
rentan
terhadap infeksi
Terapi diabetes mellitus dititikberatkan pada terapi
makanan, yaitu dengan mengatur pola makan penderita. Pemberian antidiabetikum
oral pada penderita DM tipe 2 dilakukan jika terapi makanan tidak berhasil.
Sedangkan untuk DM tipe 1, dilakukan terapi insulin. Berikut adalah jenis-jenis
antidiabetikum oral beserta mekanismenya:
-
Golongan
Sulfonilurea
Sulfonilurea menurunkan glukosa darah dengan menstimulasi
pelepasan insulin dari sel β pankreas melalui pengikatan subunit SUR1 dan
memblokade ATP-gated kanal ion K+.
Selanjutnya terjadi perubahan fisiologis pelepasan sekret serta penurunan
konduktansi kanal ion. Penurunan konduktansi K+ menyebabkan
depolaisasi membran dan influks Ca2+ melalui voltage-sensitive kanal Ca2+. Pemberian sulfonilurea
pada pasien DM tipe 2 dapat meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas.
Sulfonilurea juga dapat meningkatkan kadar insulin lebih lanjut dengan
menurunkan clearance hepatik hormon.
Sulfonilurea diberikan untuk mengontrol hiperglikemia pada pasien DM tipe 2
yang tidak dapat dicapai hanya dengan perubahan pola makan. Contoh obat
golongan sulfonilurea antara lain tolbutamid, asetoheksamid, tolazamid, dan
glibenklamid.
-
Repaglinid
Repaglinid merupakan obat peningkat sekresi insulin yang
termasuk golongan meglitinid. Seperti sulfonilurea, repaglinid menstimulasi
pelepasan insulindengan menutup ATP-gated
kanal K+ pada sel β pankreas. Obat ini diasorpsi secara cepat dan
mencapai konsentrasi maksimum pada darah setelah 1 jam, sehingga dikonsumsi
dengan dosis berulang. Efek samping utama yang terjadi adalah hipoglikemia.
-
Nateglinid
Seperti sulfonilurea dan repaglinid, nateglinid
menstimulasi sekresi insulin dengan blokade ATP-gated kanal K+ pada sel β pankreas. Nateglinid
menghasilkan efek yang lebih cepat dibandingkan agen antidiabetikum oral
lainnya. Efek terapetik utama nateglinid adalah penurunan kenaikan glukosa
darah pada pasien DM tipe 2.
-
Golongan
Biguanida
Contoh obat golongan biguanida adalah metformin.
Metformin menurunkan kadar glukosa terutama dengan menurunkan produksi glukosa
di hari dengan meningkatkan kerja insulin pada otot dan lemak. Pada tingkat molekular,
kerja metformin dimediasi melalui aktivasi AMP kinase. Metformin juga bekerja
dengan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Metformin diberikan tunggal
atau kombinasi dengan sulfonilurea untuk memperbaiki kontrol glukosa dan
konsentrasi lipid pada pasien yang buruk dalam merespon diet atau sulfonilurea
tunggal.
-
Golongan
Tiazolidindion
Tiazolidindion merupakan agonis selekif dari PPARγ (peroxisome proliferator-activated receptor-γ).
Obat ini mengikat ke PPAR-γ dan mengaktivasi gen pengekspresi insulin yang
meregulasi metabolisme karbohidrat dan lemak. Tiozolidindion meningkatkan
sensitivitas insulin pada jaringan perifer serta dapat meningkatkan transport
glukosa pada otot dan jaringan adiposa dengan mempercepat sintesis dan
translokasi transporter glukosa. Selain itu, tiazolidindion juga mengaktivasi
gen yang meregulasi metabolisme asam lemak pada jaringan perifer. Contoh obat
golongan tiazolidindion antara lain troglitazon, rosiglitazon, dan pioglitazon.
Obat-obat ini dapat dikombinasi dengan insulin atau agen antihiperglikemia oral
lain.
-
Inhibitor
α-glukosidase
Inhibitor α-glukosidase mereduksi absorpsi pati,
dekstrin, dan disakarida dengan menghambat kerja α-glukosidase pada usus.
Inhibisi enzim ini memperlambat absorpsi karbohidrat. Inhibitor α-glukosidase
tidak menstimulasi pelepasan insulin, dan penggunaannya dikombinasikan dengan
agen antidiabetikum oral dan/atau insulin. Obat ini harus dikonsumsi saat
memulai makan. Contoh obat golongan ini adalah acarbose dan miglitol.
Sumber:
Brunton, L.Laurence (editor). 2006. Goodman&Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics 11th
Edition. New York: McGraw-Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar